Bilangan yang apabila dibagi dua masih menyisakan angka, yaitu satu adalah definisi  dari ganjil. Mengapa Allah menyukai perkara atau bilangan ganjil? Filosofi bilangan ganjil melambangkan keesaan Allah. Jadi, Allah benyak mentaqrir beberapa perkara dengan bilangan ganjil diantaranya sholat 5 waktu, bersuci 3 kali, thowaf 7 kali.

إنّ الله وتر يحبّ الوتر

“Sesungguhnya Allah SWT itu witir dan Dia mencintai yang witir (ganjil)’,” (HR Bukhari dan Muslim).

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: “witir maknanya ganjil (lawan genap).

Selain itu Allah menciptakan langit, bumi, laut, hari-hari (dalam satu minggu sebanyak 7). Adapun hari-hari istimewa ini terjadi peristiwa besar,salahsatunya  malam nuzulul qur’an yang jatuh 17 Ramadhan juga termasuk peristiwa yang terjadi pada tanggal ganjil. Nuzulul Qur’an adalah malam diturunkannya ayat suci Al Qur’an serta penyempurnaanya, yang telah melalui proses 23 tahun dengan perincian 22 tahun 2 bulan 22 hari.

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala usrusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar” [Al-Qadar : 1-5]

Selain ayat diatas berbagai pendapat telah diriwayatkan serta dijamin kesahihannya. Aisyah ra. mengatakan : “Rasulullah SAW ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terkahir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, yang artinya: (Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Romadhon)’,“ (HR Bukhari dan Muslim).

Biasanya mulai malam tanggal 17 Ramadahan umat islam yang menunaikan sholat tarawih, ditambah do’a qunut pada rokaat terakhir shalat witir. Dengan harapan Allah member keberkahan serta kemulyaan malam akhir dari bulan Ramadhan dengan Lailatul Qadar.

تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ

“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” [3]

 

Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” [Ad-Dukhan : 3-6]

Sebagai manusia yang tidak tau kapan kita dicabut ruhnya, kita harus memperbanyak amalan untuk bekal kehidupan akhirat. Terlebih memperbanyak amalan di bulan Ramadhan yang pahalanya 10 kali kelipatan. Termasuk orang yang beruntung adalah orang yang mendapatklan lailatul qadar sebab bagusnya amalan yang dikerjakan. Tak terbayang barokah yang kita dapat bila Allah menurunkan lailatul qadar pada kita. Kebaikannya setara dengan 1000 bulan atau 84 tahun ibadah tanpa henti, subhanallah… Semoga kita termasuk orang yang mendapatkan lailatul qadar. Amiin…

Namun untuki mendapatkan 1000 bulan kebaikan kita harus mempersiapkan jiwa dan raga untuk beri’tikaf pada Allah secara optimal. Seperti kisah penyesalan Sahabat Sya’ban r.a. Pada saat sakaratul maut beliau bertutur “Aduuuh… kenapa tidak lebih jauh! Aduuuh… kenapa tidak yang baru! Aduuuh… kenapa tidak semua!” Kemudian sang istri bertanya kepada Rasullulah mengapa sang suami lantas berucap seperti itu. Kemudian Rasullulah menjawab “Sesungguhnya suamimu telah berjalan selama 3 jam untuk jamah di masjid, member selimut pada orang yang kedinginan namun kainnya lusuh, serta berbagi roti pada pengemis namun hanya setengah. Kemudian saat sakaratul maut Allah memperlihatkan pahala yang ia dapat. Setelah mengetahui pahala yang didapat suamimu merasa menyesal.

Dari cerita ini kita bisa sadar dalam melakukan tawadlu’ pada Allah harus optimal supaya tidak muncul penyesalan di belakang. Serta selalu berlomba-lomba dalam beramal dan mengerjakan perintah Allah.

 

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *