Tiada kata seindah do’a, namun tiada kata yang legendaris kecuali pepatah yang menyajakkanya. Setiap perpisahan terjadi pasti pertemuan akan mengiringi, saat pertemuan terjadi berbagai hal baru menyita perhatian dan memerlukan adaptasi. Termasuk misi thalbul ilmi kita di sebuah pesantren.
Pesantren merupakan sebuah tempat yang di khususkan bagi para pencari ilmu agar lebih mudah dalam memahami ilmu agama dan lebih dekat dengan ridha sang guru. Tak kenal maka ta’arufan, kata inilah yang mampu mewakili suasana yang terjadl di halaman PP. Al Anwar 2 pada malam Jumat 19 Juli 2018. Pada malam ini seluruh santri baru diperkenalkan (ta’arufan,red) dengan masyayikh, asatidz serta kepengurusan pesantren.
Acara ini dibuka dengan lantunan shalawat bersama, sebagai bukti kecintaan dan kerinduan para santri pada kekasih Allah, Nabi Muhammad Saw. Acara di lanjutkan dengan sambutan dan mauidoh para masyayikh Al Anwar 02.
Acara dilanjutkan dengan ta’aruf asatidz serta kepengurusan yang dibacakan oleh ketua umum pondok, Ust. Mustaqim. Selain itu diumumkan juga peraturan baru serta jadwal kegiatan santri yang mengalami perubahan. Antara lain jadwal muhadloroh yang akan dilaksanakan pada sore hari yang sebelumnya dilaksanakan setelah jama’ah shalat maghrib.
Ketua YPP. Al Anwar 2, Agus Roqib Ubab MZ, menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan filosofi seorang santri serta barokahnya menjadi santri. Hal ini ditujukan untuk memberi dorongan para santri baru untuk meneguhkan niat serta tekad dalam berjuang mencari ilmu.
“Seseorang kalau shaleh itu segala urusannya di mudahkan, yang penting santri itu harus menurut dengan masyayikh. Tidak sering melanggar peraturan, rasa hormat serta khidmat dapat ditanamkan” jelas cucu K.H. Maimoen Zubair.
Persoalan santri baru sulit beradaptasi saat baru masuk pesantren, itu hal yang wajar. Pasalnya seseorang yang memutuskan nyantri, otomatis akan meninggalkan dunianya yang penuh kebebasan serta kenyamanan. Kemudian ia menjalankan dinamika pesantren yang padat serta penuh perjuangan mulai dari makan, mandi, tidur, shalat pun harus mengantri.
Namun segala rintangan inilah yang menjadikan proses kedewasaan kita terbentuk dengan baik, terlebih di lingkungan orang-orang shaleh. Dengan niat yang benar-benar ditata serta kuatnya tekad semua ujian akan dilalui dengan mudah dan hasil yang memuaskan.
Pengasuh PP. Al Anwar 2, K. H. Abdullah Ubab MZ. Menyampaikan reformasi santri dari masa ke masa. Perbedaannya sangat signifikan, karena santri saat ini tidak perlu berjuang keras untuk makan, minum, mandi. Padahal dulunya untuk mandi saja harus menimba air sendiri di sumur, memasak sendiri serta membawa bekal beras dari rumah.
“Saat ini santri taidak perlu berjuang sedemikian rupa untuk mandi, namun masih saja ada santri yang malas mandi, padahal fasilitas sudah memadai” gurau putra pertama Mbah Maimoen sembari tersenyuman pada para santri.
Selain itu Abah (sapaan K. H. Abdullah Ubab MZ., red) juga panyak menyampaikan, segalanya akan barokah saat dilalui dengan cara ikhlas mengharap ridha Allah Swt., mencari kebahagiaan akhirat, menghilangkan kebodohan pada dirinya dan orang lain,serta menghidupkan agama islam.
“Berfikir atas segala tindakan adalah pokok dari proses perjuangan mencari ilmu atau urusan yang lain, santri dulu dan sekarang sudah berbeda dalam bertirakat. Kalau dulu senjatanya dengan puasa tapi untuk saat ini selalu berusaha menjauhi maksiat dan mampu bersabar dapat menjadi perisai untuk perjalanan seorang santri.” pesan Abah pada seluruh santri.
Acara diakhiri dengan shalawat bersama yang diiringi hadrah putra Al Anwar. Malam itu shalawat berjalan khusyu dan tertib sehingga berkesan menyejukan hati para santri.