Menilik Kisah Nabi Ya’qub
Benarkah Penyakit Katarak Sembuh Hanya Dengan Keringat?
اذْهَبُوا بِقَمِيصِي هَٰذَا فَأَلْقُوهُ عَلَىٰ وَجْهِ أَبِي يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِي بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ
Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah dia kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku”(Yusuf 12:93).
Kandungan pada surat tersebut menggoda penasaran Prof. Dr. Abdul Basith Muhammad Sayyid untuk membongkar rahasia yang ada di dalamnya. Yang mana di situ menjelaskan tentang sembuhnya penyakit katarak yang diderita Nabi Ya’qub a.s oleh pakaian Nabi Yusuf a.s. Sehingga staf peneliti di lembaga riset Mesir ini berpikir keras untuk memecahkan masalah tersebut.
Kita akan mundur beberapa abad ke belakang. Orang tua mana yang rela membiarkan putra kesayangannya dalam bahaya. Saat Yusuf kecil menghilang setelah diajak pergi oleh kakak-kakaknya yang telah menaruh dendam kepadanya. Mereka pulang tanpa sang adik, padahal Nabi Ya’qub a.s. telah menanti kepulangannya. Siasat telah dimulai, mereka berpura-pura menangis karena tidak hati-hati menjaga Yusuf dan mengatakan Yusuf dimakan serigala saat di perjalanan.
Kehampaan menyelimuti Nabu Ya’qub a.s. tanpa kehadiran putra tercinta yang akan menjadi penerusnya. Luka mendalam dirasakannya, takkan ada penawar untuk menyembuhkan luka itu. Kesedihan kian berlanjut hingga memutihkan rambut dan jenggotnya. Peluh yang terus keluar dari matanya sampai mengakibatkan kebutaan . Dari sinilah awal mula ada penyakit katarak. Seolah-olah diselimuti kegelapan bagi orang yang pertama kali merasakannya.
Waktu terus berputar. Bermula saat terjadi kekeringan (paceklik) menimpa daerahnya Nabi Yusuf a.s. Beliaupun meminta kepada anak-anaknya untuk pergi ke Mesir tak lain untuk memenuhi kebutuhan pangan. Singkat cerita seperti yang terdapat dalam surah yusuf ayat 93-96
ٱذْهَبُوا۟ بِقَمِيصِى هَٰذَا فَأَلْقُوهُ عَلَىٰ وَجْهِ أَبِى يَأْتِ بَصِيرًا وَأْتُونِى بِأَهْلِكُمْ أَجْمَعِينَ
Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah kewajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku”. (Yusuf 12:93)
«اذهبوا بقميصي هذا» وهو قميص إبراهيم الذي لبسه حين ألقي في النار كان في عنقه في الجب وهو من الجنة أمره جبريل بإرساله وقال إن فيه ريحها ولا يُلقى على مبتلًى إلا عوفي «فألقوه على وجه أبي يأت» يصر «بصيرا وائتوني بأهلكم أجمعين».
(“Pergilah kalian dengan membawa baju gamisku ini) yaitu baju gamis Nabi Ibrahim yang dipakainya sewaktu ia dicampakkan ke dalam api. Baju tersebut dikalungkan Nabi Yusuf sewaktu ia berada di dalam sumur. Baju tersebut dari surga, malaikat Jibril memerintahkan Nabi Yusuf a.s supaya mengirimkannya kepada ayahnya, seraya berkata, “Sesungguhnya pada baju itu terdapat bau surga, dan tidak sekali-kali ia diusapkan kepada orang yang sakit melainkan orang sakit itu akan sembuh dengan seketika (lalu letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan) menjadi (melihat kembali, dan bawalah keluarga kalian semuanya kepadaku.'”). (Tafsir Al-Jalalain, Yusuf 12:93)
وَلَمَّا فَصَلَتِ ٱلْعِيرُ قَالَ أَبُوهُمْ إِنِّى لَأَجِدُ رِيحَ يُوسُفَ ۖ لَوْلَآ أَن تُفَنِّدُونِ
Tatkala kafilah itu telah ke luar (dari negeri Mesir) berkata ayah mereka: “Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)”. (Yusuf 12:94)
«ولما فصلت العير» خرجت من عريش مصر «قال أبوهم» لمن حضر من بنيه وأولادهم «إني لأجد ريح يوسف» أوصلته إليه الصبا بإذنه تعالى من مسير ثلاثة أيام أو ثمانية أو أكثر «لولا أن تفندونِ» تسفهون لصدقتموني.
(Tatkala kafilah itu telah keluar) dari negeri Mesir (berkata ayah mereka) kepada anak-anak dan cucu-cucunya yang ada bersamanya (“Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf) bau itu tercium oleh Nabi Yakub karena dibawa oleh angin berkat kekuasaan Allah dari jarak perjalanan tiga hari, atau delapan hari atau lebih dari itu (sekiranya kalian tidak menuduhku sebagai orang yang lemah akalnya.”) maka niscaya kalian akan membenarkan aku. (Tafsir Al-Jalalain, Yusuf 12:94)
قَالُوا۟ تَٱللَّهِ إِنَّكَ لَفِى ضَلَٰلِكَ ٱلْقَدِيمِ
Keluarganya berkata: “Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruanmu yang dahulu”. (Yusuf 12:95)
«قالوا» له «تالله إنك لفي ضلالك» خطئك «القديم» من إفراطك في محبته ورجاء لقائه على بعد العهد.
(Keluarganya berkata) kepadanya (Demi Allah, sesungguhnya engkau masih dalam kekeliruanmu) kesalahanmu (yang dahulu) disebabkan kecintaanmu yang berlebihan terhadap Yusuf, dan harapanmu yang selalu tak padam untuk bersua kembali dengannya sekali pun sudah lama masanya. (Tafsir Al-Jalalain, Yusuf 12:95)
فَلَمَّآ أَن جَآءَ ٱلْبَشِيرُ أَلْقَىٰهُ عَلَىٰ وَجْهِهِۦ فَٱرْتَدَّ بَصِيرًا ۖ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah Ya’qub, lalu kembalilah dia dapat melihat. Berkata Ya’qub: “Tidakkah aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya”. (Yusuf 12:96)
«فلما أن» زائدة «جاء البشير» يهوذا بالقميص وكان قد حمل قميص الدم فأحب أن يفرحه كما أحزنه «ألقاه» طرح القميص «على وجهه فارتد» رجع «بصيرا قال ألم أقل لكم إني أعلم من الله ما لا تعلمون».
(Tatkala) huruf an di sini adalah zaidah (telah tiba pembawa kabar gembira) yaitu Yahudza dengan membawa baju gamis Nabi Yusuf. Dahulu dialah yang membawa baju darah Nabi Yusuf, maka kali ini ia bermaksud untuk membuat bahagia ayahnya sebagai ganti daripada perbuatannya dahulu yang membuatnya sedih (maka diletakannya baju gamis itu) ditaruhnya baju gamis itu (ke wajah Yakub, lalu kembalilah) sehat seperti semula (dapat melihat. Berkata Yakub, “Tidakkah aku katakan kepada kalian, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tidak mengetahuinya”). (Tafsir Al-Jalalain, Yusuf 12:96)
Mereka mengetahui keberadaan adiknya yang dulu disiksa dan memasukkannya ke dalam sumur. Nabi Yusuf a.s. yang kini telah tumbuh dewasa meminta kepada para kakakya agar memberikan baju kepada ayahnya dan menyuruh mengusapkan baju tersebut ke mata sang ayah, maka kebutaan yang dialami sang ayah akan pulih.
Prof. Abdul Basyit telah mendapatkan hak cipta paten atas penelitiannya yang bersumber dari Al Qu’an. Beliau mengungkapkan, kebutaan yang dialami Nabi Ya’qub a.s. karena kesedihan yang memicu hormon adrenalin yang merupakan lawan dari insulin, seingga memicu peningkatan darah. Katarak ini juga bisa terjadi karena faktor pekerjaan. Seperti tukang oven yang kesehariannya berada dalam temperatur panas dan pada tukang las yang tidak memakai pelindung mata dari kesilauan yang ditimbulkan oleh besi yang dipanaskan. Usia lanjut juga menjadi salah satu faktor katarak.
Sang profesor tidak menemukan selain keringat pada Surah Yusuf ayat 18. Maka dari sini ia memulai penelitiannya. Ia melakukan percobaan pada kelinci yang telah direkayasa untuk terserang penyakit katarak, melalui pemberian galaktose atau melalui proses radiasi. Setelah ditetesi keringat percobaanya, lensa mata kelinci itu menjadi cerah yang awalnya buram. Dengan bukti kelinci itu bergerak ke arah Pohon Semangi setelah dilepaskan.
Kun Fayakun tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT dalam menghendaki sesuatu. Hanya dengan keringat Katarak sembuh. Keringat sendiri adalah hasil ekskresi manusia yang tidak lagi di perlukan tubuh, namun itu malah yang menjadi obat. Semoga kita bisa memetik hikmah dari Penelitian yang bersumber dari Al Qu’an ini.