Nabi Muhammad Saw. adalah nabi terakhir. Putra dari Abdullah dan Aminah itu adalah suri tauladan sepanjang masa. Akhlaknya sungguh mulia. Namun begitu, ada hal yang tidak harus kita ikuti.

Hadits yang menceritakan kisah Rasulullah Saw. dengan Habab ibn Mundzir berkenaan dengan tempat siaga pasukan Muslim (hadits ini berstatus sahih), jelas menunjukkan bahwa tindakan Rasulullah Saw. tidak selalu menjadi bagian dari ketetapan syariat.

Dalam banyak kesempatan, tindakan Rasulullah Saw. justru menggambarkan beliau sebagai manusia biasa, baik dalam berpikir dan berpendapat. Dalam tindakan semacam itu, kita semua tidal: diwajibkan mengikuti beliau.

Sebagai contoh kasus, ketetapan Rasulullah Saw. untuk menempatkan pasukan sebelum perang Badar dimulai. Kita dapat melihat betapa Habab berani mengajukan saran kepada Rasulullah Saw. untuk mengubah keputusan beliau. Ternyata, Rasulullah Saw. pun mengiyakan. Hal itu dilakukan Habab setelah ia memastikan bahwa penempatan pasukan di tempat yang saat itu dipilih Rasulullah Saw. memang tidak berdasarkan wahyu dari hadirat Allah Swt.

Selain itu, kita juga dapat menemukan sekian banyak tindakan Rasulullah yang sebenarnya termasuk ranah politik dan hukum. Maksudnya, semata-mata dilakukan Rasulullah Saw. sebagai seorang pemimpin dan kepala negara, bukan sebagai seorang utusan Tuhan yang harus menyampaikan apa yang beliau terima dari Allah Swt.

Sebenarnya, sangat banyak contoh mengenai hal ini, khususnya yang berkaitan dengan keputusan dan manuver militer Rasulullah Saw. Para ahli fikih telah membahas semua itu secara panjang lebar.

Wallahua’lam.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *